Jam 6 pagi, kami sudah meninggalkan rumah. Segera meluncur ke Ponpes Madinatul Qur'an, tempat percepatan Arya selama 1 bulan. Ya, kelas 9 dari Kampus 1 harus menyelesaikan 30 juz usai liburan lebaran.
Kami sampai di sana jam 8. Nggak lama, cuma nitipin paket sama numpang ke toilet. Tempatnya sepi. Kata Arya, hanya ada santri kelas 9 dari Taruna Al-Qur'an, nggak ada santri lain. Jadi kemungkinan tempat itu hanya digunakan sebagai tempat transit.
Dari Sawangan Magelang, kami menuju Lempongsari Sleman. Setelah menunggu sekitar 20 menit, akhirnya Funni keluar pondok.
Nggak mau menyia-nyiakan waktu, Pakbud segera membawa kami ke Pemalang. Lah, Pemalang lagi? Kan baru seminggu yang lalu ke sana.
Begitulah.
Kami lewat jalur dalam, lewat Wonosobo. Jadi, dari Sleman, kami ke arah Muntilan dulu. Setelah itu, berbelok ke arah Borobudur menuju Salaman.
Perut nggak mau kompromi. Kami belum sarapan, sedangkan udah hampir jam 11 siang. Kami mampir di RM Sumber Rejeki yang terletak dekat Wajik Ny. Week Salaman.
Hem, nasi ayam 2, nasi panggang 1, teh anget 3 ditambah kerupuk, 2 gorengan, 1 Pulpy Orange sama 2 wafer, totalnya 84 ribu. Menurut kamu, murah atau mahal?
Ya udahlah, buat pengalaman. Kata Pakbud sih murah, kan itu total sarapan sama makan siang. Ha!
Kami lanjut. Menapaki jalur Magelang-Wonosobo yang berliku, meski tidak separah jalur Kebumen.
Kami isoma di Wonosobo, setelah Pasar Kertek. Ada kolam ikan di masjid itu. Harga pakannya cuma 2 ribu per plastik. Kinar ambil 3 plastik, lumayan buat penghilang lelah.
Perjalanan belum berhenti. Kami belum ada setengah jalan. Masih harus melewati Purbalingga sampai ke Randudongkal.
Karena ngikuti GMaps, kami melewati pedesaan. Pakbud udah mulai berdesah. Ah, mulai, deh! Doi pengin lewat jalan raya aja. Padahal kalo diikuti terus, jalur alternatif ini lebih cepat. Baiklah, kubelokkan ke jalan utama saja. Kubunyikan suara si Mbak Maps, udah malas nggak dipercayai.
Kami mampir sholat Asar di Belik yang terkenal sama nanas madu itu. Baru lewat jam 4 sore, kami sampai di Rembul.
Untuk apa kami ke sini? Cuma mau lihat kapling. Eaaa ....
Om sama Bulik ngasih tahu kalo ada kapling dekat rumahnya yang dijual. Ukuran 8 x 25 meter dijual 55 juta. Awalnya sih 60 juta dan ditawar 40 juta nggak mau.
Kapling bekas tanaman jagung. Letaknya ada di bawah jalan. Sebenarnya tanahnya udah rata, tapi mikir buat ngeratain dengan jalan itu, lho, bakalan berapa truk tanah yang dibutuhin.
Menjelang magrib, kami mampir ke rumah Mangli. Pakbud mandi biar segar. Kami harus kembali ke Ungaran bakda Isya'.
E-toll udah kuisi lagi. Butuh tambahan sekitar 25 ribu biar bisa sampai Gerbang Tol Tembalang.
Ternyata oh ternyata, top up ku nggak masuk. Kartu harus di-balance. Alfamart di rest area nggak bisa melayani dengan alasan BNI udah close di atas jam 8 malam. Terpaksa Pakbud harus turun di Gerbang Tol Kalikangkung buat balance kartu.
Mendekati jalur keluar Krapyak, hujan deras turun. Rencana pengin langsung sampai Gerbang Tol Tembalang, terpaksa dibatalkan. Kaca mobil ngeblur, pandangan nggak kelihatan sama sekali. Pakbud nggak mau ambil resiko. Mending keluar tol.
Kami sampai di rumah tepat jam 11 malam. Pakbud dan anak-anak langsung tepar. Sementara, aku berkutat sama cucian.
Lagi-lagi, Muter Jawa Tengah
Reviewed by Dini Verita
on
Minggu, Juni 19, 2022
Rating:
Tidak ada komentar:
Terima kasih udah mampir ke blogku, ya. Semoga bermanfaat dan menginspirasi. Aku tunggu kritik dan sarannya. :)